PULPITIS HIPERPLASTIKA
A. Pengertian Pulpa
Pulpa adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah
gigi. Jaringan ini adalah jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian
integral dari dentin yang mengelilinginya. Penyakit pulpa dapat terjadi karena suatu iritan yang dapat menyebabkan
suatu inflamasi. Terdapat berbagai iritan yang dapat menyebabkan inflamasi pada
pulpa salah satunya yaitu mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk ke dalam
pulpa dengan tiga cara: Pertama, invasi langsung melalui dentin,
seperti karies, fraktur mahkota atau akar, terbukanya pulpa pada waktu
preparasi kavitas, atrisi, abrasi, erosi
atau retak pada mahkota. Kedua, invasi melalui pembuluh darah atau limfatik terbuka yang ada hubungannya dengan
penyakit periodontal, suatu kanal
aksesori pada daerah furkasi, infeksi gusi, atau scaling gigi-gigi. Ketiga,
invasi melalui darah, misalnya selama penyakit infeksius atau bakteremia
transient.
1. Mekanisme Patogenesis Terjadinya
Penyakit Pulpa
Mekanisme
patogenesis terjadinya pulpa diawali dengan bakteri yang menginfeksi gigi. Ketika terdapat akses ke pulpa, metabolit bakteri dan komponen dinding sel menyebabkan inflamasi. Pada lesi awal hingga lesi sedang, produk asam dari proses karies berperan secara tidak
langsung dengan mengurai matriks dentin, yang akan menimbulkan pelepasan molekul bioaktif untuk dentinogenesis (pembentukan dentin tersier). Pemberian protein matriks dentin pada dentin atau pulpa yang terbuka dapat menstimulasi pembentukan dentin tersier. Selain itu, terdapat beberapa molekul lain yang dapat menstimulasi dentinogenesis reparative, yaitu heparin-binding growth factor, transforming growth factor (TGF)- β1, TGF -β3, insulin - like growth factors (IGF)-1 dan -2, growth factor yang berasal dari platelet, dan angiogenic growth factor. Meskipun begitu, pembentukan dentin tersier ini bukanlah reaksi pertama dan bukan pertahanan yang paling efektif melawan bakteri patogen yang menginvasi. Kombinasi dari peningkatan pengendapan dentin intratubuler dan pengendapan secara langsung kristal mineral ke tubulus dentin untuk mengurangi permeabilitas dentin merupakan perlawanan pertama terhadap karies, yang disebut dentin sklerosis. Penurunan permeabilitas dentin ini terjadi dalam waktu yang singkat. Yang berperan penting dalam peningkatan pengendapan dalam dentin intratubuler adalah TGF-β1.
langsung dengan mengurai matriks dentin, yang akan menimbulkan pelepasan molekul bioaktif untuk dentinogenesis (pembentukan dentin tersier). Pemberian protein matriks dentin pada dentin atau pulpa yang terbuka dapat menstimulasi pembentukan dentin tersier. Selain itu, terdapat beberapa molekul lain yang dapat menstimulasi dentinogenesis reparative, yaitu heparin-binding growth factor, transforming growth factor (TGF)- β1, TGF -β3, insulin - like growth factors (IGF)-1 dan -2, growth factor yang berasal dari platelet, dan angiogenic growth factor. Meskipun begitu, pembentukan dentin tersier ini bukanlah reaksi pertama dan bukan pertahanan yang paling efektif melawan bakteri patogen yang menginvasi. Kombinasi dari peningkatan pengendapan dentin intratubuler dan pengendapan secara langsung kristal mineral ke tubulus dentin untuk mengurangi permeabilitas dentin merupakan perlawanan pertama terhadap karies, yang disebut dentin sklerosis. Penurunan permeabilitas dentin ini terjadi dalam waktu yang singkat. Yang berperan penting dalam peningkatan pengendapan dalam dentin intratubuler adalah TGF-β1.
pulpa.
CD11+ ditemukan dalam pulpa atau dentin border dan ke pit dan fisur. F4/80+
terdapat pada ruang perivascular dalam zona subodontoblas dan pulpa dalam. Sel dendrit mungkin memainkan peran dalam diferensiasi odontoblas dan/atau aktivitas dalam pertahanan imun serta dentinogenesis. Pulpal Schwann sel juga menghasilkan molekul sebagai respon terhadap karies, yang menunjukkan kemampuan mengenali antigen. Odontoblas juga mempunyai peran dalam respon imun humoral terhadap karies. IgG, IgM, dan IgA ditempatkan dalam sitoplasma dan sel memproses odontoblas dalam dentin yang mengalami karies, menunjukkan bahwa sel ini secara aktif mengirim antibody ke tempat infeksi. Mediator neurogenik terlibat dalam
respon pulpa terhadap iritan dan mereka dapat menengahi patologi seperti respon
penyembuhan. Substansi P, calcitonin gene-related peptide (CGRP),
neurokinin A (NKA), NKY, dan vasoactive intestinal peptide dilepaskan II
yang secara morfologik serupa dengan makrofag dalam jumlah yang cukup banyak.
Meningkatnya
tingkat beberapa immunoglobulin pada pulpa yang terinflamasi memperlihatkan bahwa faktor-faktor ini berpartisipasi dalam mekanisme pertahanan untuk melindungi jaringan tersebut. Selain itu, keberadaan sel imunokompeten seperti limfosit T, makrofag, dan sel
pengekspresi molekul kelas II yang tampak sebagai sel dendritik pada
pulpa yang terinflamasi mengindikasikan bahwa reaksi hipersensitivitas tertunda dapat juga terjadi dalam jaringan ini. Selain mekanisme protektifnya, reaksi imunologik pada pulpa dapat pula mengakibatkan pembentukan titik-titik nekrotik kecil dan akhirnya menjadi nekrosis pulpa total. Respon
imun di dalam pulpa dan jaringan periapikal terhadap antigen di karies gigi. Antigen kuman berdifusi ke dalam pulpa yang dibantu oleh tekanan kunyah dan membangkitkan respon imun di dalam pulpa. Bila hal ini tidak
diatasi, antigen kuman dan produk degenerasi kuman akan membangkitkan respons imun di daerah pulpa gigi dengan akibat kematian pulpa. Pada saat
mengunyah, daerah periapikal akan tertekan dan teriritasi. Bersama antigen
kuman, antigen jaringan, baik pulpa maupun periapikal masuk ke kelenjar limfatik atau pembuluh darah dan membangkitkan respon imun di nodus limfatik dan pembuluh darah.
a. Pulpitis
a. Pulpitis
Reversibel
Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah.
Jika penyebabnya dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal,
atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase
periodontium yang dalam,dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka
adalah faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel. Odontoblas pada pulpitis
reversibel masih dapat menghasilkan mekanisme pembentukan dentin yang baru sehingga terjadi proses penyembuhan.
·
Gejala
Pulpitis
reversibel biasanya asimtomatik (tanpa gejala). Akan tetapi, jika muncul, gejala biasanya berbentuk pola yang khusus. Aplikasi stimulus seperti cairan dingin atau panas atau bahkan udara, dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam. Jika stimulus ini, yang secara normal tidak menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan, dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas atau dingin yang berbeda pada
pulpa normal.
Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respons awal yang langsung terjadi (tertunda); intensitas
nyeri akan meningkat bersamaan dengan naiknya tempertur. Sebaliknya, respons nyeri terhadap dingin pada pulpa normal akan
segera terasa; intensitas nyerinya cenderung menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan pada observasi ini, respons dari pulpa sehat maupun yang terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan interpulpa. Karena
invasi bakteri telah mencapai pulpa pada pulpitis irreversibel, odontoblas sudah tidak dapat menghasilkan mekanisme pembentukan
dentin yang baru sehingga terjadi proses penyembuhan.
b.
Pulpitis
Ireversibel
Pulpitis ireversibel merupakan
akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel karena kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama
prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau
penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis ireversibel. Pulpitis
ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Lambat atau cepat pulpa akan menjadi
nekrosis. Berdasarkan penelitian pada kelompok pulpitis
ireversibel menunjukkan bahwa ketahanan mukosanya rendah, adanya
ketahanan jaringan pulpa yang tinggi terhadap mikroorganisme. Reaksi imunitas yang tinggi dari pulpitis ireversibel seharusnya diikuti dengan
terjadinya kesembuhan, namun kenyataan pulpitis ireversibel tidak dapat sembuh kembali, bahkan dikatakan bahwa pulpitis
ireversibel sering kali mudah berkembang menjadi nekrosis.
ireversibel sering kali mudah berkembang menjadi nekrosis.
Hal ini terjadi karena jaringan pulpa yang
berada di dalam ruang pulpa yang sempit, dan menerima sirkulasi darah hanya melalui pembuluh darah yang masuk ke dalam jaringan pulpa melalui foramen apikal yang sempit pula, sehingga pulpitis ireversibel mudah
berkembang menjadi nekrosis pulpa. Perawatan yang tepat untuk gigi dengan
diagnosis pulpitis ireversibel adalah pulpektomi yaitu
perawatan endodontik dengan membuang jaringan pulpa yang telah mengalami proses radang tersebut.
perawatan endodontik dengan membuang jaringan pulpa yang telah mengalami proses radang tersebut.
·
Gejala
Pulpitis
ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengelukan gejala yang
ringan. Akan tetapi, pulpitis ireversibel dapat juga diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimulasi eksternal) yang
intermiten atau terus menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat atau difus (menyebar) dan bisa
berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri
periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi stimulus eksternal seperti dingin atau panas dapat
mengakibatkan nyeri berkepanjangan.
c.
Pulpitis
Hiperplastik Kronis (Pulpa Polip)
1. . Defenisi
Pulpitis Hiperplastik Kronis (polip pulpa)
adalah bentuk pulpitis ireversibel akibat bertumbuhnya pulpa muda yang
terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan oklusal. Biasanya ditemukan pada mahkota yang karies pada pasien muda polip pulpa ini biasanya diasosiasikan dengan kayanya pulpamuda akan pembuluh darah, memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya proliferasi jaringan. Pada pemeriksaan histologi terlihat adanya epitel permukaan dan jaringan ikat di bawahnya yang terinflamasi. Sel-sel epitel oral tertanam dan bertumbuh menutupi permukaan dan membentuk tutup epitel. Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavita karies di permukaan oklusal yang besar.
Hal ini
kadang-kadang diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel seperti nyeri spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus panas dan dingin. Ambang rangsang terhadap stimulasi panas dan dingin. Ambang rangsang terhadap stimulasi elektrik adalah sama dengan pulpa normal. Perawatannya adalah pulpotomi, perawatan saluran akar, atau ekstraksi.
2. Histopatologi
Secara
histopatologis, permukaan polip pulpa ditutup epithelium skuamasi yang
bertingkat-tingkat. Polip pulpa gigi sulung lebih mungkin tertutup oleh epithelium skuamasi yang bertingkat-tingkat/berstrata
daripada polip pulpa gigi permanen. Epithelium
semacam itu dapat berasal dari gingival atau dari selepithelial mukosa atau lidah yang baru saja mengalami deskuamasi. Jaringan didalam kamar pulpa sering berubah menjadi granulasi, yang menonjol dari pulpa masuk ke dalam lesi karies. Jaringan granulasi adalah jaringan penghubung vaskuler, muda dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan pulpa mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat ditemukan pada lapisan epithelial
semacam itu dapat berasal dari gingival atau dari selepithelial mukosa atau lidah yang baru saja mengalami deskuamasi. Jaringan didalam kamar pulpa sering berubah menjadi granulasi, yang menonjol dari pulpa masuk ke dalam lesi karies. Jaringan granulasi adalah jaringan penghubung vaskuler, muda dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan pulpa mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat ditemukan pada lapisan epithelial
3.
Etiologi
2. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu
kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah yang kronis.
kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah yang kronis.
3. Iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan
dan infeksi bacterial sering mengadakan stimulus.
dan infeksi bacterial sering mengadakan stimulus.
4.
Gejala
Pulpitis hiperplastik kronis tidak
mempunyai gejala, kecuali selama mastikasi, bila tekanan bolus makanan menyebabkan rasa tidak menyenangkan.
5.
Faktor
Penyebab
Penyebab terjadi karena suatu
inflamasi pulpa produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies yang besar pada pulpa muda. Pada pemeriksaan klinis terlihat adanya pertumbuhan jaringan granulasi dalam kavitas yang besar.
Gangguan ini ditandai oleh perkembangan jaringan granulasi, kadang-kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena
iritasi tingkat rendah yang berlangsung lama.
Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan penyebanya. Untuk pengembangan
pulpitis hiperplastik diperlukan suatu kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah yang kronis misalnya tekanan dari
pengunyahan. Pada pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali selama mastikasi bila tekanan bolus makanan menyebabkan rasa yang tidak
menyenangkan.
Pada polip ini dapat ditemukan
melalui pemeriksaan klinik tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan
radiologi untuk melihat tangkai dari polip, berasal dari ruang pulpa,perforasi bifurkasi atau gingiva. Warna pulpa polip agak kemerahan
mudah berdarah
dan sensitif bila disentuh. Sedangkan warna gingival polip lebih pucat dan biasanya timbul pada karies besar yang mengenai proksimal (kavitas kelas II). Polip berasal dari perforasi bifurkasi terdiri dari jaringan ikat, biasanya giginya sudah mati, kalau pada pulpa polip giginya masih hidup (vital).
dan sensitif bila disentuh. Sedangkan warna gingival polip lebih pucat dan biasanya timbul pada karies besar yang mengenai proksimal (kavitas kelas II). Polip berasal dari perforasi bifurkasi terdiri dari jaringan ikat, biasanya giginya sudah mati, kalau pada pulpa polip giginya masih hidup (vital).
6.
Diagnosis
Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan orang muda. Penampilan jaringan polipoid secara klinis adalah khas :
1. suatu massa pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging
mengisi sebagian besar kamar pulpa atau kavitas atau bahkan
meluas melewati perbatasan gigi.
mengisi sebagian besar kamar pulpa atau kavitas atau bahkan
meluas melewati perbatasan gigi.
2. Jaringan polipoid kurang sensitif daripada jaringan normal dari
pada jaringan pulpa normal dan lebih sensitif daripada jaringan
gingival.
pada jaringan pulpa normal dan lebih sensitif daripada jaringan
gingival.
3. Pemotongan jaringan ini tidak menyebabkan rasa sakit.
4. Jaringan ini mudah berdarah karena suatu anyaman pembuluh darah yang subur.
5. Jika jaringan pulpa
hiperplastik meluas melewati kavitas atau gigi, maka akan terlihat seolah-olah jaringan gusi tumbuh di dalam
kavitas.
kavitas.
6. Tidak begitu sukar untuk mendiagnosi pulpitis hiperplastik kronis dengan hanya pemeriksaan klinis. Jaringan pulpa hiperplastik
di dalam kamar pulpa atau kavitas gigi adalah khas dalam penampilannya. Radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas
besar yang terbuka dengan pembukaan kamar pulpa. Gigi
bereaksi lemah atau sama sekali tidak terhadap tes termal, kecuali
jika digunakan dingin yang ekstriem, seperti etil klorida. Diperlukan lebih banyak arus dari pada gigi normal untuk mendapatkan suatu
reaksi dengan menggunakan tester pulpa listrik.
di dalam kamar pulpa atau kavitas gigi adalah khas dalam penampilannya. Radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas
besar yang terbuka dengan pembukaan kamar pulpa. Gigi
bereaksi lemah atau sama sekali tidak terhadap tes termal, kecuali
jika digunakan dingin yang ekstriem, seperti etil klorida. Diperlukan lebih banyak arus dari pada gigi normal untuk mendapatkan suatu
reaksi dengan menggunakan tester pulpa listrik.
7.
Penatalaksanaan
pulpitis kronis hiperplastika
Penatalaksanaan polip pulpa
adalah dengan cara melakukan perawatan saluran
akar seperti halnya pada
diagnosis pulpitis, hanya saja didahului dengan pengangkatan jaringan polip. Pengangkatan jaringan polip dilakukan
dengan cara:
1.
Anastesi jaringan polip
2.
Oleskan larutan povidone iodine diatas permukaan poli
3.
Angkat polip
menggunakan eskavator yg tajam mulai dari tepi
polip hingga seluruh polip terangkat seluruhnya (pada saat polip terangkat akan terjadi perdarahan dari dalam saluran akar)
polip hingga seluruh polip terangkat seluruhnya (pada saat polip terangkat akan terjadi perdarahan dari dalam saluran akar)
4.
Irigasi saluran akar dengan larutan
NaOCl 2,5% untuk membersihkan sisa-sisa jaringan polip serta jaringan darah
5.
Segera lakukan
ekstirpasi (pembersihan jaringan pulpa) dengan menggunakan panjang kerja estimasi terlebih dahulu
6.
Ketika
perdarahan sudah dapat terkontrol, lanjutkan dengan pemeriksaan panjang kerja sebenarnya, kemudian tahapan sama dengan perawatan pulpitis
1.
Deskripsi
kasus
Pasien datang
dengan keluhan gigi belakang kiri bawah
(46) berlubang besar, pernah sakit kurang lebih 1 tahun yang lalu, bila makan tidak terasa sakit dan minum yang dingin atau panas tidak terasa ngilu, pasien bertujuan ingin mencabut gigi tersebut.
Sondasi :
(-)
Perkusi :
(-)
Palpasi :
(-)
CE :
(-)
Pada saat dilakukan pemeriksaan
secaramenyeluruh terlihat pulpitis hiperplastika (pulpa polip) di gigi 46, pada
kasus ini berdasarkan pemeriksaan
subjektif, dan objektif menunjukkan bahwa adanya karies hingga kedalaman pulpa, dan terdapat lesi bifurkasiodan granuloma periapikal. Karies terjadi karena 4 faktor utama yakni anatomi gigi, substrat makanan, bakteri, dan
waktu. Adanya keterlibatan bakteri dalam proses karies yang telah mencapai bagian pulpa
tersebut memberikan kontribusi dalam menstimulasi respon pulpa berupa inflamasi
pulpa salah satunya pulpa polip dengan penampakan klinisnya antara lain
terbentuk jaringan granulasi dan rupturnya jaringan epitel serta vasodilatasi pembuluh darah.
struktur anatomis gigi yang sudah tidak utuh
(mahkota klinisnya) menyebabkan beban
oklusi yang diterima tidak dapat didistribusikan secara merata ke jaringan periodontal sehingga terdapat bagian yang menerima beban yang berlebih seperti pada bagian bifurkasio dan apical akar gigi
sehingga timbulah lesi periapikal. Granuloma itu sendiri merupakan suatu pertumbuhan jaringan granulomatous yang bersambung dengan ligamen periodontal disebabkan oleh infeksi pulpa dan difusi produk toksin bakteri
dari saluran akar ke dalam jaringan periradikuler secara kronis (Grossman, 1995).
2. Perilaku
pasien terhadap kasus
Pada awalnya
pasien tidak terlalu memperdulikan kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya, tidak
pernah memeriksakan giginya kedokter gigi, dan terkadang lupa untuk menggosok
giginya sehingga ia rentan terkena karies. Jika sudah terkena karies maka menyebabkan
penyakit pulpa bisa sampai tahap pulpitis. Jika dibiarkan terus akan
mengakibatkan Gangren Pulpa dimana gigi sudah tidak vital lagi, jika sudah
terjadi maka sangat rentan dengan pulpitis hiperplastik atau biasa disebut
pulpa polip.
3.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan polip pulpa
adalah dengan cara melakukan perawatan saluran akar seperti halnya pada
diagnosis pulpitis, hanya saja didahului dengan pengangkatan jaringan polip. Pengangkatanjaringan polip dilakukan dengan cara:
a. Premedikasi
R/ Amoxicillin tab
mg 500 No. IX S.3.dd tab I pc
b. Rontgen
periapikal gigi
c. Ekstraksi
gigi dengan anastesi Blok Mandibula, injeksi infiltasi dan injeksi intraligamen (2 ampul pehacain), dengan cara :
· Anastesi
jaringan polip
· Oleskan
larutan povidone iodine diatas permukaan polip
· Angkat
polip menggunakan eskavator yang tajam mulai dari tepi polip
hingga seluruh polip terangkat seluruhnya (pada saat polip terangkat akan
terjadi perdarahan dari dalam saluran akar)
· Irigasi
saluran akar dengan larutan
NaOCl 2,5% untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan polip serta jaringan darah
· Segera
lakukan ekstirpasi (pembersihan jaringan pulpa) dengan menggunakan
panjang kerja estimasi terlebih dahulu
· Ketika
perdarahan sudah dapat terkontrol,
lanjutkan dengan pemeriksaan panjang kerja sebenarnya,kemudian tahapan sama dengan
perawatan pulpitis
Ø Resep
obat post ekstraksi gigi
· Amoxicillin
tab mg 500 No. X S.3.dd tab I pc
· Cataflam
tab I mg 50 No. X S.2.dd tab I pc
· Asam
traneksamat tab mg 500 No. IX S.3.dd tab I pc
d. Dep
bleeding post ekstraksi dengan spongostan.
e. Observasi
f.
Kontrol
Pertimbangan dilakukan ekstraksi pada kasus ini
adalah kondisi klinis dari mahkota yang sudah tipis dan rapuh, pada bagian akar terdapat
lesi bifurkasio dan lesi periapikal, apikal pada bagian akar distal tampak
terjadi resorpsi interna sehingga jika dilakukan perawatan konservatif maka
prognosisnya kurang baik. Dilihat dari segi fungsional maka gigi tersebut
merupakan kunci oklusi dan merupakan gigi dengan fungsi mastikasi yang menerima
beban pengunyahan yang besar, oleh karena itu gigi dengan kondisi yang seperti
ini tidak akan cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan yang diberikan dan
jika dipaksa untuk tetap berfungsi, maka kemungkinan untuk terjadinya inflamasi
periapikal yang lebih lanjut. Memang pada kenyataannya, ada beberapa alternatif
perawatan untuk pulpa polip antara lain pulpotomi parsial, eksisi jaringan
pulpa polip dilanjutkan dengan perawatan saluran akar. Namun pilihan perawatan
ini diindikasikan untuk kasus gigi yang dengan struktur anatomis masih dalam
keadaan yang baik.
Penatalaksanaan pulpa polip pada gigi anak dengan
gigi dewasa sama, namun pada gigi anak lebih diperhatikan untuk usia pergantian
dengan gigi permanen. Jika memang gigi decidui akarnya telah mengalami resorpsi
dan jarak dengan gigi permanen, maka lebih baik dilakukan ekstraksi
dibandingkan dengan perawatan saluran akar.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran, Universitas
Sriwijaya. 2011. Diakses 28 September 2012, dari
http://id.scribd.com/doc/58524335/8/Farmakokinetik-dan-Dinamik-Amoksisilin.
Faryabi dan Adhami. 2007. Unusual
Presentation of Chronic Hyperplastic Pulpitis: A case report. Iran : University
of Medical Sciences and Health Services.
Grossman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek.
Jakarta : EGC, hal: 96.
Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam
Praktek. EDISI kesebelas. EGC. Jakarta Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpal and periradicular
diagnosis. Nav Dent School J; 2009: 27(9): 15-8.
Grosmann Lous I, et al. 2008. ILMU ENDODONTIK DALAM PRAKTEK. Edisi Grossman LI. 2008. Endodontic Practice. 8th ed.
Philadelphia, London: Lea and Febiger. Walton and Torabinajed. 2009. Prinsip dan Praktik
Endodonsi. Edisi ke-2. JakarTA : EGC
Kidd, E.A.M., & Joyson Bechal,
S. 1992. Dasar- Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.
Jakarta: EGC, hal: 4, 66–96.
Roeslan, Boedi Utomo. 2002. Imunologi Oral. Jakarta: FK UI
Widodo, Trijoedani. 2004. Respons imun
humoral pada pulpitis. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38: 49-51
Widodo, Trijoedani, 2005, Respons Imun
Humoral pada Pulpitis, Majalah Kedokteran Gigi, Vol. 38. No. 2: 49–51 Walton, R.E. dan Torabinejad, M. 2008. Prinsip
dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EG